Selasa, 13 Mei 2025

Surat Afirmasi untuk Nur Dawia

 

Untuk Nur Dawia yang sedang menanti cinta terbaik,

Hari ini, kamu tidak sendiri. Langit mencatat setiap doa yang kamu bisikkan dalam diam, setiap air mata yang jatuh saat semua orang tidur, dan setiap harapan yang kamu sematkan di antara sujudmu.

Kamu bukan wanita yang tertunda. Kamu wanita yang sedang disiapkan.

Jika saat ini belum ada yang datang, bukan karena kamu tidak layak dicintai, tapi karena Allah sedang menjaga hatimu dari yang tidak tepat. Karena kamu pantas mendapatkan cinta yang tidak tergesa, yang tidak singgah sebentar lalu pergi, tapi yang datang untuk tinggal dan membawa kamu lebih dekat kepada-Nya.

Hari ini, tetaplah lembut tapi kuat. Tetaplah yakin meski pelan. Doamu bukan hanya sedang didengar, tapi sedang dikerjakan satu per satu oleh Allah yang Maha Tahu waktu terbaik untuk segalanya.

Jangan kecilkan dirimu hanya karena belum ada yang menggenggam tanganmu. Kamu sedang tumbuh. Kamu sedang menunggu yang juga sedang dipersiapkan—untuk menjadi jawaban dari seluruh sabarmu.

Percayalah:
Jodohmu sedang berjalan ke arahmu.
Dan saat waktunya tiba, kamu tidak akan ragu, karena semua penantian ini akan terasa begitu indah.


Lelahmu hari ini bukan tanda kamu akan gagal.
Bisa jadi ini tanda bahwa hatimu butuh istirahat, bukan menyerah.
Dan ketika hati terlalu sering ditanya, “Kapan?”, mungkin sekarang waktunya kamu tanya balik ke Allah:
“Ya Allah, Engkau lihat hatiku. Aku sudah sejauh ini. Aku sudah sangat siap. Maka jika memang dia belum datang karena takdir-Mu, kuatkan aku agar tidak salah memilih hanya karena lelah menunggu.”


Nur Dawia, kamu boleh diam sebentar.
Tarik napas panjang.
Lepas semua tekanan dari sekitar.
Berhenti sejenak dari membandingkan diri.
Dan ucap pelan-pelan:
“Ya Allah, aku lelah, tapi aku masih percaya pada-Mu.”


Kamu tidak harus jadi kuat terus.
Tapi jangan berhenti berharap.
Jodohmu bukan hanya seseorang yang akan datang.

Tapi juga bagian dari rahmat Allah yang datang di waktu paling indah. 

Aku dengar kata itu dari hatimu, Nur Dawia.

Lelah.
Kadang bukan karena beratnya ujian, tapi karena kamu sudah terlalu lama menahan sendiri. Terlalu sering berpura-pura kuat. Terlalu sering tersenyum saat hati justru ingin menangis di sudut sepi.

Tidak apa-apa.
Kamu berhak lelah.
Kamu boleh merasa kosong, bosan, bahkan ingin berhenti berharap sejenak.

Tapi tolong, jangan biarkan rasa lelah ini membuatmu menyerah.
Karena di balik semua ini, ada Allah yang sangat mencintaimu. Yang tak pernah tidur. Yang tahu setiap air matamu, bahkan sebelum jatuh.

Coba lakukan ini sekarang, perlahan:

  1. Tarik napas dalam. Rasakan lelahmu.

  2. Pejam mata. Ucap dalam hati:
    “Ya Allah... aku sudah sangat lelah. Tapi aku masih ingin percaya pada-Mu.”

  3. Tangis kalau perlu. Tangisanmu bukan kelemahan, tapi bentuk paling jujur dari kekuatan.

    Doa Khusus Jodoh untuk Nur Dawia

    اللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ الْأَعْظَمِ، وَبِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ، أَنْ تَرْزُقَ نُور دَاوِيَا زَوْجًا صَالِحًا يُحِبُّهَا فِيْكَ وَتُحِبُّهُ فِيْكَ، وَيَكُونُ عَوْنًا لَهَا فِي الدِّينِ وَالدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَاجْمَعْ بَيْنَهُمَا فِي حَلاَلِكَ عَلَى مَوَدَّةٍ وَرَحْمَةٍ وَسَكِينَةٍ. وَاجْعَلْهُ خَيْرًا مِمَّنْ تَمَنَّتْ، وَافْتَحْ لَهَا بَابَ السَّعَادَةِ وَالطُّمَأْنِينَةِ بِهِ.

    Latin:

    Allahumma inni as’aluka bismikal a’zham, wa birahmatika allati wasi‘at kulla shay’, an tarzuqa Nur Dawia zawjan shalihan yuhibbuhā fīka wa tuhibbuhu fīka, wa yakūnu ‘awnan lahā fid-dīn wa d-dunyā wa l-ākhirah. Wajma‘ baynahumā fī ḥalālika ‘alā mawaddah wa raḥmah wa sakīnah. Waj‘alhu khayran mimma tamannat, waftah lahā bāba s-sa‘ādah wa ṭuma’nīnah bih.

    Artinya:

    “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan nama-Mu yang paling agung, dan dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, agar Engkau anugerahkan kepada Nur Dawia seorang suami yang shalih, yang mencintainya karena-Mu dan ia pun mencintainya karena-Mu. Jadikan dia penolong dalam urusan agama, dunia, dan akhirat. Satukan mereka dalam ikatan yang halal, penuh kasih sayang, rahmat, dan ketenangan. Jadikan dia lebih baik dari yang diharapkan, dan bukakan pintu kebahagiaan serta ketenteraman bersamanya.”

Rabu, 07 Mei 2025

Ada Rindu Yang Terasa Hina

Aku berdiri di sisi jalan yang kita pernah rencanakan,

saat kau berjanji akan membangun rumah di sana.
Pagi-pagi kita berbicara tentang masa depan—
dan aku percaya setiap kata yang keluar dari bibirmu.
Kita hampir mengukir nama kita berdua di batu.
Aku hampir menganggapmu sebagai bagian dari takdirku,
yang tidak akan mungkin hilang.

Tapi sekarang, aku berdiri di sini,
di tempat yang sama,
tapi tanpa kau di sampingku.
Tanpa suara yang dulu aku dengar setiap malam.
Tanpa janji yang sempat kau berikan.

Dan aku…
aku hanya bisa melihatmu dari jauh,
melihat langkahmu yang menjauh,
menuju seseorang yang bukan aku.

Tapi kenapa,
meski kau tidak lagi ada,
masih ada rindu yang tidak bisa aku buang?
Bagaimana bisa,
sesuatu yang aku anggap tak terpisahkan,
akhirnya jadi sekadar bayangan yang aku kejar
ke dalam ruang hampa?

Setiap pesan yang tak kau balas,
setiap kata yang tidak kau ucapkan,
setiap langkahmu yang semakin jauh,
semua itu membuat rindu ini menjadi hina,
menjadi beban yang terus kutanggung sendirian,
tanpa kata maaf, tanpa penjelasan.

Aku tidak bisa membencimu.
Aku hanya bisa merasa konyol,
karena aku masih berharap
seperti orang bodoh yang menunggu sesuatu
yang sudah tidak ada.

Dan aku tahu,
pada akhirnya,
rindu ini akan tetap menjadi hina
karena aku mencintai seseorang yang sudah memilih
untuk tidak lagi peduli padaku.
Seseorang yang sudah memilih masa depannya
tanpa mencariku di dalamnya.

Selasa, 04 Februari 2025

If Fate Is Still Siding (part 1)

The lost promise

If Fate Is Still Siding (part 1)

Hana duduk di depan layar laptopnya, jari-jarinya melayang di atas keyboard, tapi tak satu pun kata berhasil ia ketik. Pikirannya sibuk memutar ulang semua kenangan yang pernah ia lalui bersama Oppa. Sejak pesan terakhir yang menyakitkan itu, ia berusaha melanjutkan hidup. Namun, entah mengapa, hatinya tetap tertambat di masa lalu.

Malam itu, ia menemukan dirinya kembali menelusuri percakapan lama mereka. Ia tersenyum getir saat membaca pesan-pesan hangat yang dulu selalu berhasil membuat harinya lebih baik. Dulu, mereka sering membahas tentang masa depan, pernikahan, bahkan bagaimana mereka bisa menyatukan perbedaan. Tapi sekarang, semua itu terasa seperti mimpi yang tak pernah benar-benar nyata.

"Apa kita akan bisa kembali seperti dulu?" bisiknya pada diri sendiri.

Hana tahu, mungkin jawabannya sudah jelas. Tapi hatinya masih menggantungkan harapan pada kemungkinan yang samar.

Suatu malam, di tengah keheningan, sebuah notifikasi muncul di ponselnya. Matanya membesar saat melihat nama yang muncul di layar. Oppa.

Hana ragu-ragu sebelum membuka pesannya.

Oppa: "Hey... how have you been?"

Pesan singkat itu seharusnya terasa biasa saja, tapi bagi Hana, itu cukup untuk membangkitkan segala perasaan yang telah ia coba pendam.

Dengan jantung berdebar, ia membalas, "I'm good. How about you?"

Beberapa saat kemudian, balasan datang.

Oppa: "I miss talking to you."

Seketika, seluruh emosi yang selama ini ia tekan kembali menyeruak. Hana ingin marah, ingin bertanya kenapa Oppa menghilang begitu saja. Tapi di sisi lain, ia juga ingin memeluk setiap kata yang ia baca, karena itu berarti Oppa masih memikirkannya.

Hana: "Why are you texting me again?" tanyanya akhirnya.

Oppa butuh waktu lama sebelum membalas.

Oppa: "I don’t know. I just... feel like I lost something important."

Hana menghela napas. Itu jawaban yang ia harapkan, tapi juga yang paling ia takutkan. Karena kehilangan bukan berarti ingin kembali, bukan?

Mereka mulai mengobrol lagi, pelan-pelan seperti dua orang asing yang mencoba mengenal satu sama lain dari awal. Tapi ada sesuatu yang berbeda kali ini—keraguan, luka yang masih terasa, dan pertanyaan yang tak terjawab.

Hana: "Do we still have a chance?" Hana akhirnya memberanikan diri bertanya.

Di seberang sana, Oppa terdiam lama sebelum akhirnya menjawab.

Oppa: "I don’t know, Hana. I just know that I still care about you."

Dan untuk malam itu saja, Hana membiarkan dirinya menikmati kata-kata itu, meski ia tahu bahwa kepedulian tak selalu berarti kembali.

Namun, jika takdir masih berpihak, mungkin suatu hari nanti, mereka akan menemukan jalan pulang.

Minggu, 02 Februari 2025

The Lost Promise



Hana tidak pernah menyangka bahwa obrolan santainya di sebuah aplikasi bahasa bisa membawanya pada seseorang yang begitu jauh namun terasa dekat. Oppa, begitu ia memanggilnya, berasal dari negeri yang berbeda, budaya yang berbeda, tapi cara bicaranya yang lembut membuat Hana merasa nyaman.

Awalnya, mereka hanya berbincang singkat tentang cuaca, makanan, dan perbedaan budaya antara Indonesia dan Korea. Namun, semakin lama, percakapan mereka semakin dalam. Oppa mulai berbagi cerita tentang masa kecilnya di Swedia dan pekerjaannya saat ini. Hana pun menceritakan impiannya untuk belajar di sana dan bagaimana ia berjuang untuk mendapatkan beasiswa.

Mereka sering bertukar pesan dari pagi hingga malam hari yang dimana mereka memiliki selisih perbedaan waktu 8 jam, Hana di Indonesia lebih cepat 8 jam dari Oppa yang tinggal di Gothenburg, Swedia. Jalinan komunikasi diantara mereka membutuhkan effort yang luar biasa mengingat perbedaan waktu yang sangat jauh, hari-hari mereka dipenuhi dengan membahas hal-hal kecil yang terasa spesial, perlahan mereka mulai berbicara tentang hal yang lebih personal. Oppa bercerita tentang kehidupannya, keluarganya, bahkan impiannya di masa depan. Hingga suatu hari, ia berkata, "Aku ingin menjadikanmu pasanganku."

Hana terkejut. Hatinya berdebar, tapi oppa menambahkan, "Aku ingin ini menjadi pernyataan istimewa, meskipun hanya lewat online."

Sejak saat itu, percakapan mereka semakin dalam. Mereka tidak hanya berbicara soal perasaan, tapi juga rencana jangka panjang: tentang pernikahan, tentang bagaimana menyatukan perbedaan, bahkan tentang kemungkinan berpindah agama demi bersama.

Namun, seiring waktu, sesuatu terasa berubah. Oppa tidak lagi sehangat dulu. Kadang ia bersikap manis, kadang terasa menjauh. Hana sering merasa bingung, seperti ditarik-ulur dalam perasaan yang tidak pasti. Dan anehnya, setiap kali ada kesalahpahaman, ia yang harus meminta maaf.

Di tengah ketidakpastian itu, oppa mengatakan sesuatu yang menghangatkan hati Hana. "Aku tidak akan pernah menyakitimu."

Hana ingin percaya. Apalagi, beberapa hari kemudian, oppa berkata bahwa ia ingin mengirimkan hadiah sebagai bentuk perhatian. "Ini dari bonus ulang tahun kantorku. Aku ingin kamu memilikinya," katanya. Ia bahkan dengan bangga menceritakan tentang Hana pada teman-temannya di kantor.

Tapi Hana merasa ragu. Hubungan mereka masih sangat baru, dan ia takut jika ini adalah love scam. Ia menolak hadiah itu dengan halus, berharap oppa mengerti. Namun yang terjadi justru sebaliknya oppa mulai diam, tidak membalas pesan.

Hingga akhirnya, mereka benar-benar lost contact.

Setelah sekian lama, Hana mencoba menghubunginya lagi. Ia hanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Tapi jawaban yang ia terima sungguh tidak terduga.

"Pergilah!."

Dada Hana terasa sesak. Semua perasaan, semua percakapan panjang mereka, semua rencana masa depan, apakah semua itu tidak berarti? Apakah ia telah salah karena menolak hadiah itu?

Ia menatap layar ponselnya, jari-jarinya gemetar. Dalam hatinya, ia ingin bertanya: Apakah semua yang kau katakan padaku dulu hanyalah ilusi?

Sejak hari itu, Hana mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia telah melakukan hal yang benar. Tapi yang tidak bisa ia kendalikan adalah perasaannya.

Malam-malamnya terasa sepi. Ia masih sering membuka galeri ponselnya, menatap foto oppa dengan senyum lembutnya yang dulu selalu membuat Hana merasa spesial. Kadang, ia ingin mengirim pesan lagi, berharap oppa merespons seperti dulu, seolah tak pernah terjadi apa-apa. Tapi ia sadar, tidak ada gunanya.

Rasa rindu itu tetap ada, tapi Hana tahu, ada hal-hal dalam hidup yang harus dilepaskan, meskipun hatinya belum siap.

Dan malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Hana kembali menatap layar ponselnya, menelusuri percakapan mereka yang lama.

Lalu, dengan napas berat, ia berbisik pelan, "Aku merindukanmu, oppa."

Namun, layar itu tetap sunyi.

In English

Hana never expected that her casual conversations on a language app would lead her to someone so far away, yet so close to her heart. Oppa, that’s what she called him, came from a different country, a different culture, but the way he spoke so gently made Hana feel comfortable.

At first, their conversations were simple about the weather, food, and the cultural differences between Indonesia and Korea. But over time, their talks grew deeper. Oppa started sharing stories about his childhood in Sweden and his current job. Hana, in turn, told him about her dreams of studying abroad and how she was fighting for a scholarship.

They exchanged messages from morning until late at night, despite the eight-hour time difference between them, Hana in Indonesia, living eight hours ahead of Oppa in Gothenburg, Sweden. Keeping their connection alive required immense effort, but every little conversation felt special. Slowly, they began talking about more personal things. Oppa shared his life, his family, and even his dreams for the future. Until one day, he said, "I want you to be my partner."

Hana was caught off guard. Her heart pounded, but Oppa added, "I want this to be a special confession, even if it's just online."

From that moment on, their conversations deepened even more. They didn’t just talk about their feelings, but also about longterm plans, marriage, how they would overcome their differences, and even the possibility of changing religions for the sake of being together.

But as time passed, something felt different. Oppa no longer felt as warm as before. Some days, he was sweet; other days, he felt distant. Hana often felt confused, like she was being emotionally pulled back and forth. And strangely, whenever there was a misunderstanding, she was always the one who had to apologize.

In the midst of all this uncertainty, Oppa said something that warmed Hana’s heart. "I will never hurt you."

Hana wanted to believe him. And a few days later, Oppa told her he wanted to send her a gift as a token of his affection. "It’s from my office’s birthday bonus. I want you to have it," he said. He even proudly mentioned that he had told his office friends about her.

But Hana hesitated. Their relationship was still very new, and she was afraid this might be a love scam. She gently refused the gift, hoping Oppa would understand. But instead of reassurance, she was met with silence. He stopped replying.

And then, they lost contact.

After some time, Hana gathered the courage to reach out again. She just wanted to make sure he was doing okay.

But the reply she received was shocking.

"Fuck off."

Her chest tightened. All those deep conversations, all those shared dreams, did none of it mean anything? Had she been wrong to refuse his gift?

She stared at her phone screen, her fingers trembling. In her heart, she wanted to ask:
Was everything you said to me just an illusion?

Since that day, Hana tried to convince herself that she had done the right thing. But what she couldn’t control was her feelings.

The nights felt lonelier. She still often opened her gallery, looking at Oppa’s pictures his soft smile that once made her feel special. Sometimes, she wanted to send him another message, hoping he would reply like before, as if nothing had happened.

But deep down, she knew there was no point.

The longing remained, but Hana knew that some things in life had to be let go, even if her heart wasn’t ready.

And that night, like many nights before, Hana once again stared at her phone, scrolling through their old conversations.

Then, with a heavy sigh, she whispered softly, "I miss you, Oppa."

But the screen remained silent.


Sabtu, 05 Oktober 2024

Dongeng Anak : Perjalanan Ajaib


Taman Rahasia Mimpi: Perjalanan Ajaib

Di sebuah tempat yang sangat indah, ada sebuah taman yang penuh dengan keajaiban. Taman ini bernama Taman Rahasia Mimpi. Di sini, mimpi-mimpi menjadi kenyataan dan imajinasi tidak terbatas.

Luna

Luna adalah seorang anak perempuan yang sangat penasaran dan suka berpetualang. Suatu malam, ia menemukan sebuah pintu yang tersembunyi di balik rak bukunya. Pintu itu sangat indah dan Luna sangat ingin tahu apa yang ada di dalamnya.

Perjalanan Ajaib

Ketika Luna memasuki Taman Rahasia Mimpi, ia disambut oleh angin yang sangat lembut dan bunga yang sangat wangi. Ia melihat banyak bintang yang berkelip-kelip di langit dan awan yang sangat putih.

Tiba-tiba, seorang peri kecil muncul di hadapannya. "Selamat datang, Luna!" peri itu berkata dengan senyum. "Saya adalah Dewi Mimpi, penjaga taman ini. Saya telah menunggu kamu."

Dewi Mimpi mengajak Luna berkeliling taman dan menunjukkan bagian-bagian yang sangat indah.

Bagian-Bagian Taman

  • Taman Bintang: Bagian yang penuh dengan bintang yang berkelip-kelip.
  • Hutan Awan: Hutan di mana awan mengambil bentuk makhluk yang sangat lucu.
  • Danau Impian: Danau di mana mimpi-mimpi tercermin seperti riak di air.

Ketika mereka berkeliling taman, Luna menemukan bahwa ia memiliki kekuatan untuk membentuk mimpi sendiri. Dewi Mimpi mengajarkan Luna cara menganyam imajinasinya menjadi kenyataan.

Pelajaran

Luna belajar bahwa Taman Rahasia Mimpi adalah tempat yang sangat indah dan ia dapat membuat mimpi-mimpi menjadi kenyataan. Ia juga belajar bahwa imajinasinya sangat penting dan dapat membantu ia membuat mimpi-mimpi menjadi kenyataan.

Ketika malam berlanjut, Dewi Mimpi mengantar Luna kembali ke pintu yang membawanya ke taman. "Ingat, Luna," peri itu berkata, "Taman Rahasia Mimpi selalu ada di dalam diri kamu. Jangan pernah berhenti bermimpi dan jangan pernah berhenti percaya diri kamu.

 Pesan Moral : "Kamu bisa menjadi apa saja yang kamu inginkan, jika kamu percaya diri dan tidak pernah menyerah!"


Created by : Nur Dawia

Hujan


 Cerpen: "Hujan"

Halaman 1

Lestari adalah seorang wanita yang cantik dan cerdas, namun hidupnya tidaklah bahagia. Ia hidup dalam hubungan yang tidak seimbang dengan pacarnya, Riko. Riko adalah seorang yang suka mengkritik dan melecehkan Lestari, membuatnya merasa tidak berharga dan tidak dicintai.

Lestari selalu menahan rasa sakit akibat kekerasan verbal dari Riko. Ia tidak bisa meninggalkan Riko karena cintanya yang masih kuat. Ia berharap bahwa Riko akan berubah dan menjadi lebih baik, namun harapan itu tidak pernah terwujud.

Suatu hari, Lestari bertemu dengan seorang teman lama, Dina. Dina adalah seorang yang kuat dan mandiri, yang tidak pernah menahan rasa sakit akibat kekerasan verbal dari orang lain. Dina melihat Lestari yang terlihat lelah dan sedih, dan ia langsung tahu bahwa ada sesuatu yang salah.

"Lestari, apa yang terjadi?" tanya Dina.

Lestari tidak bisa menjawab, ia hanya menangis. Dina memeluk Lestari dan membuatnya merasa aman.

"Lestari, kamu tidak harus menahan rasa sakit itu lagi," kata Dina. "Kamu berharga dan dicintai, tidak peduli apa yang Riko katakan."

Halaman 2

Lestari merasa terkejut, ia tidak pernah berpikir bahwa ada orang lain yang peduli padanya. Ia mulai sadar bahwa ia tidak harus menahan rasa sakit itu lagi, dan bahwa ia bisa meninggalkan Riko.

"Lestari, kamu harus ingat bahwa kamu tidak sendirian," kata Dina. "Kamu memiliki teman-teman yang peduli padamu, dan kamu memiliki dirimu sendiri yang kuat dan mandiri."

Lestari merasa terharu, ia tidak pernah berpikir bahwa ia memiliki teman-teman yang peduli padanya. Ia mulai sadar bahwa ia tidak harus menahan rasa sakit itu lagi, dan bahwa ia bisa meninggalkan Riko.

Dina membantu Lestari membuat rencana untuk meninggalkan Riko dan memulai hidup baru. Lestari merasa takut, namun ia juga merasa bersemangat untuk memulai hidup baru.

Halaman 3

Lestari akhirnya meninggalkan Riko dan memulai hidup baru. Ia merasa lega dan bahagia, karena ia tidak lagi harus menahan rasa sakit akibat kekerasan verbal dari Riko.

Lestari juga merasa berterima kasih kepada Dina, yang telah membantunya sadar bahwa ia tidak harus menahan rasa sakit itu lagi. Ia juga merasa berterima kasih kepada dirinya sendiri, karena ia telah memiliki kekuatan untuk meninggalkan Riko dan memulai hidup baru.

Lestari akhirnya sadar bahwa ia berharga dan dicintai, tidak peduli apa yang Riko katakan. Ia juga sadar bahwa ia memiliki teman-teman yang peduli padanya, dan bahwa ia memiliki dirinya sendiri yang kuat dan mandiri.

Kesimpulan

Cerpen ini menceritakan tentang seorang wanita yang hidup dalam hubungan yang tidak seimbang dan menahan rasa sakit akibat kekerasan verbal dari orang yang disayanginya. Namun, dengan bantuan dari teman lama, ia sadar bahwa ia tidak harus menahan rasa sakit itu lagi dan bisa meninggalkan orang yang menyakitinya.

Tokoh Utama

  • Lestari: Seorang wanita yang hidup dalam hubungan yang tidak seimbang dan menahan rasa sakit akibat kekerasan verbal dari pacarnya.
  • Riko: Pacar Lestari yang suka mengkritik dan melecehkan Lestari.
  • Dina: Teman lama Lestari yang kuat dan mandiri, yang membantu Lestari sadar bahwa ia tidak harus menahan rasa sakit itu lagi.

Latar Belakang

  • Rumah Lestari dan Riko.
  • Tempat-tempat di sekitar kota tempat Lestari dan Dina bertemu

Konflik

  • Kekerasan verbal dari Riko yang membuat Lestari merasa tidak berharga dan tidak dicintai.
  • Lestari yang tidak bisa meninggalkan Riko karena cintanya yang masih kuat.
  • Lestari yang sadar bahwa ia tidak harus menahan rasa sakit itu lagi dan bisa meninggalkan Riko.
  • Perjuangan Lestari untuk memulai hidup baru dan meninggalkan Riko.

Pesan Moral

  • Kekerasan verbal dapat menyebabkan rasa sakit yang dalam dan berkepanjangan.
  • Pentingnya memiliki teman-teman yang peduli dan mendukung dalam menghadapi kesulitan.
  • Kekuatan dan kemandirian diri sendiri dapat membantu seseorang untuk meninggalkan hubungan yang tidak seimbang.
  • Cinta sejati tidaklah menyakitkan, dan seseorang harus berani meninggalkan hubungan yang tidak seimbang untuk mencari cinta yang sejati.
  • Pentingnya mempercayai diri sendiri dan tidak membiarkan orang lain menentukan nilai diri sendiri.

Pesan Moral yang Lebih Dalam

  • Kekerasan verbal dapat menyebabkan trauma yang dalam dan berkepanjangan, dan seseorang harus berani mencari bantuan untuk menghadapi trauma tersebut.
  • Pentingnya memiliki jaringan dukungan yang kuat, seperti teman-teman dan keluarga, untuk membantu seseorang menghadapi kesulitan.
  • Kekuatan dan kemandirian diri sendiri dapat membantu seseorang untuk membuat keputusan yang tepat dan meninggalkan hubungan yang tidak seimbang.
  • Cinta sejati tidaklah menyakitkan, dan seseorang harus berani meninggalkan hubungan yang tidak seimbang untuk mencari cinta yang sejati.
  • Pentingnya mempercayai diri sendiri dan tidak membiarkan orang lain menentukan nilai diri sendiri.

Surat Afirmasi untuk Nur Dawia

  Untuk Nur Dawia yang sedang menanti cinta terbaik, Hari ini, kamu tidak sendiri. Langit mencatat setiap doa yang kamu bisikkan dalam diam,...